DEFINISI
TEORI
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel,
definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa
variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda
pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan
konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta
yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta . Selain itu,
berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara
"sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal
ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki
potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian
matematika.
Sedangkan
secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman
mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan
abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang
dunia sosial.[Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan idiologi,
seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan ideologi.
Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat
merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah
Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi
Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah ideologi.
Dalam ilmu
pengetahuan, teori dalam ilmu
pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami
atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi
menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti
kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan
menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam,
atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas
kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah
teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide
yang koheren dan saling berkaitan.
Istilah teoritis dapat
digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun
belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang
hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan menurut teori relativitas
umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat miskonsepsi yang menyatakan
apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh
para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah
benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan
tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum.
ELEMEN
TEORI
Di dalam sebuah
teori terdapat beberapa elemen yang mengikutinya. Elemen ini berfungsi untuk
mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. Elemen
pertama yaitu konsep. Konsep adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan symbol
atau kata. Konsep dibagi dua yaitu, simbol dan definisi.Dalam ilmu alam konsep
dapat diekspresikan dengan simbol-simbol seperti, ”∞” = tak terhingga, ”m”=
Massa, dan lainya. Akan tetapi, kebanyakan di dalam ilmu sosial konsep ini
lebih diekspresikan dengan kata-kata tidak melalui simbol-simbol. Menurut
Neuman kata-kata juga merupakan simbol karena bahasa itu sendiri adalah simbol.
Karena mempelajari konsep dan teori seperti mempelajari bahasa. Konsep selalu
ada di mana pun dan selalu kita gunakan. Misalnya kita membicarakan tentang
pendidikan. Pendidikan merupakan suatu konsep, ia merupakan ide abstrak yang
hanya di dalam pikiran kita saja.
Elemen kedua
yaitu Scope. Dalam teori seperti yang dijelaskan di atas memiliki konsep.
Konsep ini ada yang bersifat abstrak dan ada juga yang bersifat kongkret. Teori
dengan konsep-konsep yang abstrak dapat diaplikasikan terhadap fenomena sosial
yang lebih luas, dibanding dengan teori yang memiliki konsep-konsep yang
kongkret. Contohnya, teori yang diungkapkan oleh Lord Acton ”kekuasaan
cenderung dikorupsikan”. Dalam hal ini kekuasaan dan korupsi ada pada lingkup
yang abstrak. Kemudian kekuasaan ini dalam lingkup kongkret sepeti presiden,
raja, jabatan ketua RT,dll. Dan korupsi dalam lingkup kongkret seperti korupsi
uang.
Elemen ketiga
adalah relationship. Teori merupakan sebuah relasi dari konsep-konsep atau
secara lebih jelasnya teori merupakan bagaimana konsep-konsep berhubungan.
Hubungan ini seperti pernyataan sebab-akibat (causal statement) atau proposisi.
Proposisi adalah sebuah pernyataan teoritis yang memperincikan hubungan antara
dua atau lebih variable, memberitahu kita bagaimana variasi dalam satu konsep dipertangggung
jawabkan oleh variasi dalam konsep yang lain. Ketika seorang peneliti melakukan
tes empiris atau mengevaluasi sebuah hubungan itu, maka hal ini disebut sebuah
hipotesa. Sebuah teori sosial juga terdiri dari sebuah mekanisme sebab akibat,
atau alasan dari sebuah hubungan, sedangkan mekanisme sebab akibat adalah
sebuah pernyataan bagaimana sesuatu bekerja.
KONSEP – CONSTRACT
Konsep adalah
abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari khal yang khusus (Notoatmodjo,
1993). Nursalam (2003) mendefinisikan kerangka konsep sebagai abstarksi dari
suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang
menjelaskan keterkaitan antar variable (baik variable yang diteliti maupun yang
tidak diteliti). Sedangkan Balitbangkes (2006) menjelaskan bahwa kerangka
konsep merupakan uraian tentang
hubungan antar variabel yang terkait dalam masalah terutama yang akan diteliti,
sesuai dengan rumusan masalah dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep harus dinyatakan dalam bentuk skema atau diagram.
Penjelasan kerangka konsep penelitian dalam bentuk narasi mencakup identifikasi
variabel, jenis serta hubungan antar variabel.
Penyusunan
kerangka konsep dalam satu penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena
akan membantu peneliti atau pembaca untuk menghubungkan hasil penemuan dengan
teori. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat
dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya
tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori
tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam
landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua
variabel tersebut. Kerangka konsep
dibuat dalam bentuk diagram yang menunjukkan jenis serta hubungan antar
variabel yang diteliti dan variabel lain yang terkait. Kerangka konsep yang
baik dapat memberikan informasi yang jeas dan mempermudah pemilihan desain
penelitian. Kerangka konsep tidak sama dengan kerangka desain atau
langkah-langkah penelitian. (FKUI, 2006).
1.
Penyusunan Kerangka Konseptual
a.
Bedakan antara kerangka konsep dengan kerangka operasional.
Kerangka
konsep dipakai sebagai landasan berfikir sedangkan kerangka operasional
merupakan kerangka kerja (pentahapan langkah metoda ilmiah).
b.
Kumpulkan semua sumber pustaka dan konsep atau teori lalu seleksi teori mana
yang dianggap sesuai dengan tema penelitian.
c.
Identifikasi dan definisikan semua variable penelitian, dan kategorikan sesuai
dengan kelompoknya (independent, dependent, counfonding, control).
2.
Langkah-Langkah Penyusunan
a.
Seleksi dan definisikan konsep dalam penelitian
Konsep
hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan
variable. Contoh : jika seorang peneliti akan tentang sikap manusia. Sikap
adalah konsep, yang menggambarkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau obyek maka pengukurannya harus berdasarkan
pada konstruk atau variable yang menyusun sikap manusia, yaitu kognisi, afeksi
dan konasi. Komponen kognisi merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu, komponen afeksi merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional
dan komponen konasi merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2002: 23).
b.
Identifikasi teori yang dipergunakan.
Contoh
jika kita ingin meneliti tentang factor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam pencegahan penyakit, peneliti dapat menggunakan teori Health Belief
Model. Atau ketika meneliti pemenuhan perawatan diri pasien, dapat menggunakan
konsep Dorothea Orem.
c.
Gambarkan hubungan sebab akibat antar variable
Tingkatan
Abstraksi Konsep
Tingkat abstraksi konsep tergantung dari
mudah atau tidaknya fenomena yang diabstraksikan dapat diidentifikasikan.
Contoh:
Tanah adalah konsep aktiva tetap yang
berujud dan secara fisik mudah dikenali
Aktiva Tetap adalah lebih general
Sehingga aktiva merupakan konsep yang
lebih akbstrak daripada tanah.
Konsep-konsep yang sangat abstrak/lebih
abstrak sering disebut construct.
Bagaimana
construct dalam riset ?
Construct dalam riset tidak hanya
diartikan lebih abstrak, namun juga menyangkut apa yang dipersepsikan orang.
Contruct dalam riset mempunyai makna
yang berbeda dengan konsep sebab construct merupakan abstraksi dari fenomena
yang dapat diamati dari berbagai dimensi
HIPOTESIS
La Biondo & Haber (1994) dalam
Nursalam (2003) menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan
tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab
suatu pertanyaan dalam penelitian. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi
tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik
yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan
pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel penelitian. Hipotesis disusun sebelum
penelitian dilaksanakan, karena hipotesis akan bisa memberikan petunjuk pada
tahap pengumpulan data, analisa dan interpretasi data.
1. Syarat Hipotesa
R = Relevance, artinya harus relevan
dengan fakta yang akan diteliti.
T = Testability, artinya
memungkinkan untuk melakukan observasi dan bisa diukur.
C = Compatibility, artinya hipotesa
yang baru harus konsisten dengan hipotesa di lapangan yang sama dan telah
teruji kebenarannya.
P = Predictive, artinya mengandung
daya ramal tentang apa yang akan terjadi.
S = Simplicity, artinya dinyatakan
secara sederhana.
2. Peran Hipotesa
a. Memberikan batasan dan
memperkecil jangkauan penelitian.
b. Memfokuskan perhatian dalam
rangka pengumpulan data.
c. Sebagai panduan dalam pengujian
serta penyesuaian dengan fakta atau data.
d. Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi
variable-variabel yang akan
diteliti.
3. Tipe Hipotesis
a.
Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang
digunakan untuk pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistic. Contoh :
Perbedaan Sikap Anak Usia Sekolah di Pedesaan Dan Perkotaan Tentang Permainan
Tradisional. Maka Ho : tidak ada perbedaan sikap anak usia sekolah di pedesaan
dan perkotaan tentang permainan tradisional.
b.
Hipotesis alternative (Ha/H1) adalah
hipotesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh,
dan perbedaan antar dua variable atau lebih. Misalnya : Ada perbedaan sikap
anak usia di pedesaan dan perkotaan tentang permainan tradisional.